Sistem Sorogan dan Bandongan: Metode Paling Efektif untuk Transfer Ilmu

Di tengah kemajuan teknologi pendidikan dan pembelajaran daring, pesantren tetap mempertahankan sistem pengajaran klasiknya yang telah teruji selama berabad-abad: Sorogan dan Bandongan. Dua tradisi ini bukan hanya sekadar cara belajar, tetapi merupakan Metode Paling Efektif dalam Menggali Khazanah Salaf dan mentransfer ilmu agama secara mendalam dari guru ke murid. Sorogan dan Bandongan menanamkan disiplin intelektual yang tiada duanya, menjadikannya Metode Paling Efektif untuk membentuk santri yang tidak hanya hafal, tetapi juga memahami esensi teks secara kontekstual dan komprehensif. Kombinasi unik interaksi tatap muka dan pembelajaran massal ini adalah kunci dari keunggulan Model Pendidikan Pesantren.

1. Bandongan: Pembelajaran Kolektif yang Mendalam

Bandongan adalah metode pembelajaran massal di mana seorang Kiai atau Ustadz membacakan dan menerjemahkan Kitab Kuning (teks-teks klasik) secara terperinci, sementara puluhan, atau bahkan ratusan santri, duduk melingkar mendengarkan dan membuat catatan.

  • Fokus: Transfer pengetahuan lisan dan otoritatif (sanad). Kiai tidak hanya menerjemahkan, tetapi juga memberikan penjelasan, konteks, dan referensi ke kitab lain.
  • Disiplin Intelektual: Santri dilatih untuk fokus mendengarkan dalam waktu lama dan menulis makna gandul (terjemahan harfiah dan catatan ringkas) di sela-sela baris kitab. Manajemen Waktu dan konsentrasi santri diasah luar biasa.
  • Contoh Implementasi: Di Pesantren Al-Hikmah, sesi Bandongan Kitab Fathul Qorib (Fiqih) yang dipimpin oleh Kiai Abdurohman diselenggarakan di Ndalem (kediaman kiai) setiap Sabtu pagi pukul 06.30 WIB. Sesi ini bisa diikuti oleh santri senior dan junior sekaligus.

2. Sorogan: Evaluasi Individu yang Intensif

Kebalikan dari Bandongan, Sorogan adalah proses pembelajaran yang sangat personal dan intensif. Santri mendatangi (menyodorkan) kitabnya kepada guru secara bergantian untuk diperiksa pemahaman dan hafalan mereka.

  • Fokus: Akuntabilitas individu, koreksi langsung, dan penguasaan teks. Santri diuji kemampuan membacanya (termasuk tasykil dan i’rab bahasa Arab) serta kedalaman pemahamannya.
  • Keunggulan: Karena bersifat satu-satu atau kelompok kecil, Sorogan memungkinkan guru mengukur Tafaqquh Fiddin setiap santri secara spesifik, menjadikannya Metode Paling Efektif untuk memastikan tidak ada santri yang tertinggal.
  • Fakta Spesifik: Menurut catatan harian pengurus di Madrasah Diniyah Pesantren Darul Ulum, Ustadzah Aisyah menghabiskan rata-rata 5 jam setiap sore (mulai pukul 15.30) untuk melakukan Sorogan bagi 40 santri putri yang menyetorkan hafalan dan pemahaman Kitab Jurumiyah (Nahwu).

Kekuatan Holistik

Kombinasi Bandongan (memperluas wawasan) dan Sorogan (mempertajam pemahaman) adalah Pendidikan Holistik yang sempurna. Bandongan memastikan santri mendapatkan materi secara utuh dari sumber terpercaya (menghindari syadz atau pemahaman menyimpang), sementara Sorogan memastikan bahwa ilmu yang didapat benar-benar meresap dan mampu diaplikasikan, yang pada akhirnya melahirkan Jejak Santri yang mumpuni. Metode ini jauh lebih berharga daripada pembelajaran online pasif, karena melibatkan interaksi spiritual, emosional, dan intelektual secara langsung.