Program andalan yang menjadi rahasia adalah ‘Tahajud Call’, panggilan wajib untuk shalat Tahajud berjamaah. Kegiatan ini dimulai jauh sebelum fajar, memastikan santri memiliki waktu khusyuk. Kedisiplinan ini membangun fondasi kuat mental dan spiritual.
Setelah shalat Tahajud, santri langsung melanjutkan dengan sesi setoran dan muroja’ah hafalan. Momen sunyi pagi hari dinilai paling ideal untuk menghafal. Pikiran masih segar dan fokus lebih tajam saat udara masih dingin.
Aktivitas Tahajud secara rutin membentuk kebiasaan baik pada santri. Mereka belajar mengorbankan waktu tidur demi meraih keutamaan. Disiplin waktu ini secara langsung berdampak pada peningkatan kualitas hafalan 30 juz.
‘Tahajud Call’ bukan sekadar ibadah, melainkan strategi edukasi yang cerdas. Pondok pesantren memanfaatkan waktu emas (golden time) untuk memaksimalkan daya ingat. Hasilnya, proses tahfidz menjadi lebih cepat dan melekat kuat.
Pengalaman santri membuktikan bahwa kekuatan spiritual dari Tahajud memberikan energi positif. Energi ini membantu mereka melewati tantangan dan kesulitan menghafal. Hafalan tidak hanya di mulut, tapi juga di hati.
Program ini juga berfungsi sebagai pendidikan karakter yang mendalam. Santri dilatih untuk memiliki tanggung jawab dan komitmen tinggi. Mereka menyadari bahwa mencapai hafalan 30 juz memerlukan perjuangan dan pengorbanan.
Intensitas Tahajud dan tahfidz di pagi buta menciptakan lingkungan kompetitif yang positif. Setiap santri termotivasi untuk tidak tertinggal dari teman-temannya. Ini adalah kunci keberlanjutan proses menghafal yang berat.
Kesuksesan Ponpes Darul Quran mencetak banyak penghafal tidak lepas dari metode ini. Mereka menggabungkan kekuatan ibadah dan pendidikan terstruktur. Ini adalah model efektif untuk mencetak generasi Qur’ani yang berintegritas.
Dengan fokus pada kedisiplinan dan spiritualitas melalui ‘Tahajud Call’, Darul Quran telah menetapkan standar baru. Mereka membuktikan bahwa kebiasaan dini hari adalah penentu sukses besar.