Literasi Klasik: Pentingnya Mempelajari Karya Para Ulama (Kitab Kuning) di Era Modern

Literasi Klasik merujuk pada kekayaan intelektual Islam yang tertuang dalam Kitab Kuning. Di tengah derasnya informasi digital, karya-karya ulama terdahulu ini tetap relevan. Mempelajarinya bukan sekadar tradisi, tetapi kebutuhan mendasar untuk memahami agama secara utuh dan mendalam. Ini adalah jembatan menuju pemahaman keilmuan Islam yang autentik.

Mempertahankan Literasi Klasik sangat penting. Kitab Kuning menyajikan ilmu dengan sanad (rantai periwayatan) yang jelas, menjamin keaslian ajaran. Berbeda dengan informasi instan di internet, karya-karya ini telah teruji oleh waktu dan disepakati oleh mayoritas ulama. Sanad keilmuan ini menjaga umat dari kesesatan pemahaman.

Mempelajari Kitab Kuning melatih kedalaman berpikir dan analisis. Teks-teks klasik ini seringkali padat makna dan memerlukan interpretasi yang hati-hati. Ini mendorong pembaca untuk tidak mudah menerima kesimpulan, tetapi menelusuri dalil, syarah (penjelasan), dan berbagai pendapat (khilaf) ulama.

Di era modern, banyak isu kontemporer yang memerlukan pijakan hukum kuat. Membaca Literasi Klasik membantu kita menemukan akar permasalahan dan solusi yang berlandaskan metodologi (manhaj) para ulama. Fikih, ushul fikih, dan tafsir menjadi panduan untuk menjawab tantangan zaman.

Namun, akses terhadap Kitab Kuning kini lebih mudah berkat digitalisasi dan penerjemahan. Ini adalah peluang emas bagi generasi muda untuk kembali kepada sumber utama. Memadukan kemudahan teknologi dan tradisi keilmuan adalah kunci untuk menjaga warisan intelektual ini tetap hidup.

Mempelajari karya klasik juga membangun karakter tawadhu’ (rendah hati) dan menghargai perbedaan. Saat membaca pandangan ulama yang beragam, kita belajar bahwa kebenaran memiliki banyak sisi dan metode. Ini adalah penangkal sikap fanatik dan takfiri dalam beragama.

Oleh karena itu, pesantren dan lembaga pendidikan Islam modern harus terus mendorong Literasi Klasik. Keahlian membaca dan memahami Kitab Kuning adalah investasi jangka panjang. Ia membentuk cendekiawan Muslim yang moderat, berwawasan luas, dan memiliki pijakan ilmu yang kokoh.

Singkatnya, Literasi Klasik bukan peninggalan masa lalu yang usang, melainkan peta jalan abadi. Melalui Kitab Kuning, kita menyerap hikmah dari ulama terkemuka. Mari jadikan membaca karya klasik sebagai budaya, demi pemahaman Islam yang komprehensif.