Pesantren modern saat ini berinovasi untuk tidak hanya memberikan pendidikan agama yang kuat, tetapi juga secara aktif menerapkan strategi Pembentukan Karakter mandiri dan religius pada santri. Proses Pembentukan Karakter ini menjadi kunci untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara spiritual, tetapi juga tangguh dan siap menghadapi tantangan dunia kontemporer. Memahami strategi Pembentukan Karakter ini adalah penting bagi siapa saja yang tertarik pada model pendidikan pesantren.
Salah satu strategi utama dalam Pembentukan Karakter mandiri adalah melalui penerapan sistem asrama yang terstruktur dengan baik. Santri diajarkan untuk mengurus kebutuhan pribadi mereka sendiri, mulai dari membersihkan kamar, mencuci pakaian, hingga mengatur jadwal belajar dan istirahat tanpa ketergantungan penuh pada pengawasan orang tua. Jadwal harian yang padat dengan berbagai kegiatan, seperti salat berjamaah, mengaji Al-Qur’an, hingga kegiatan ekstrakurikuler, menuntut santri untuk memiliki manajemen waktu yang baik. Misalnya, di Pondok Pesantren Tahfizh Internasional di Selangor, Malaysia, setiap santri diwajibkan menyusun jadwal harian pribadi dan mempresentasikannya kepada pembimbing asrama setiap awal pekan, mendorong perencanaan dan tanggung jawab.
Selain kemandirian, aspek religiusitas diperkuat melalui rutinitas ibadah yang konsisten dan pembiasaan akhlak mulia. Santri tidak hanya diajarkan teori agama, tetapi juga dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Salat lima waktu berjamaah, menghafal Al-Qur’an dan hadis, serta kajian kitab kuning menjadi agenda wajib yang membentuk spiritualitas santri. Lingkungan pesantren yang kondusif, jauh dari hiruk pikuk dunia luar, membantu santri fokus pada pengembangan diri dan kedekatan dengan Tuhan.
Peran Kyai dan ustadz sebagai teladan juga sangat vital. Mereka tidak hanya memberikan ilmu, tetapi juga menunjukkan langsung bagaimana menerapkan nilai-nilai kesederhanaan, kejujuran, kesabaran, dan toleransi. Interaksi langsung dan bimbingan personal dari Kyai menjadi cermin bagi santri dalam menanamkan nilai-nilai luhur. Tak jarang, Kyai juga melibatkan santri dalam kegiatan sosial atau dakwah di masyarakat sekitar, seperti kunjungan ke panti asuhan atau membersihkan masjid desa, yang mengasah kepekaan sosial dan kepedulian terhadap sesama. Dengan kombinasi strategi ini, pesantren modern berhasil mencetak generasi yang mandiri, religius, dan siap menjadi agen perubahan positif di tengah masyarakat.