Pesantren telah lama dikenal sebagai pusat pendidikan agama dan spiritual, tetapi peran mereka kini meluas ke sektor ekonomi. Semakin banyak pesantren yang mengembangkan program-program kewirausahaan dan bisnis, menjadikan mereka sebagai basis ekonomi umat yang mandiri dan berdaya. Inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk menopang operasional pesantren, tetapi juga membekali santri dengan keterampilan praktis yang relevan untuk dunia kerja. Dengan mengintegrasikan pendidikan agama dan bisnis, pesantren berhasil melahirkan generasi yang tidak hanya berilmu, tetapi juga berjiwa wirausaha.
Salah satu alasan mengapa pesantren dapat menjadi basis ekonomi umat adalah karena mereka memiliki aset berharga: komunitas yang solid. Jaringan internal yang kuat, mulai dari santri, pengajar, alumni, hingga wali santri, menjadi pasar potensial yang besar. Banyak pesantren memulai bisnis kecil-kecilan, seperti toko koperasi, warung makan, atau unit usaha pertanian. Pendapatan dari usaha ini digunakan untuk membiayai kebutuhan pesantren, seperti pembangunan fasilitas, beasiswa bagi santri tidak mampu, dan gaji pengajar. Sebuah laporan dari sebuah lembaga riset ekonomi syariah yang diterbitkan pada awal tahun 2025 menunjukkan bahwa unit-unit usaha pesantren dapat mengurangi ketergantungan pada donasi hingga 50%.
Selain itu, pesantren juga berperan aktif dalam menciptakan basis ekonomi umat dengan memberikan pelatihan kewirausahaan kepada para santri. Mereka diajarkan keterampilan praktis, seperti manajemen bisnis, pemasaran, dan keuangan syariah. Pelatihan ini tidak hanya terbatas pada teori, tetapi juga melibatkan praktik langsung melalui unit-unit usaha yang dikelola oleh santri. Pengalaman ini memberikan mereka bekal yang tak ternilai, mengubah mereka dari sekadar pencari kerja menjadi pencipta lapangan kerja. Sebuah program yang dijalankan oleh beberapa pesantren di Jawa Timur, misalnya, berhasil memberdayakan santri untuk mengelola kebun sayur hidroponik. Hasil panennya tidak hanya memenuhi kebutuhan dapur pesantren, tetapi juga dijual ke pasar lokal, memberikan keuntungan yang signifikan.
Pada akhirnya, pesantren membuktikan bahwa mereka adalah lebih dari sekadar tempat belajar. Dengan semangat kemandirian dan kolaborasi, mereka berhasil menjadi basis ekonomi umat yang menggerakkan roda bisnis dari santri, untuk santri, dan untuk masyarakat luas. Mereka adalah contoh nyata bagaimana lembaga pendidikan dapat berfungsi sebagai motor penggerak ekonomi, menciptakan kesejahteraan dan kemandirian bagi komunitas mereka dan masyarakat secara keseluruhan. Inisiatif ini juga membantu memecahkan stigma bahwa pendidikan agama tidak relevan dengan dunia kerja, membuktikan bahwa bekal dari pesantren adalah investasi jangka panjang yang dapat menghasilkan kemaslahatan di dunia dan akhirat.