Pengaruh pendidikan modern dan pengalaman global menjadi pendorong utama bagi Trimurti, pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor. Latar belakang pendidikan mereka yang beragam, tidak hanya dari pesantren tradisional tetapi juga sekolah-sekolah umum Belanda dan pesantren modern lainnya, membentuk visi unik. Ini adalah perpaduan yang langka di zamannya, memungkinkan mereka melihat potensi besar dalam sintesis ilmu agama dan ilmu umum.
Khususnya, pengaruh pendidikan barat memberikan mereka perspektif tentang sistematisasi dan manajemen yang efisien. Di sisi lain, mereka tetap mendalami ilmu agama dari berbagai ulama terkemuka. K.H. Imam Zarkasyi, misalnya, menempuh pendidikan di berbagai pesantren dan madrasah, mengintegrasikan kurikulum agama dan umum.
Namun, ada satu peristiwa krusial yang secara signifikan memengaruhi gagasan Trimurti: pengalaman K.H. Ahmad Sahal dalam Kongres Umat Islam di Mekah pada tahun 1926. Kongres ini mempertemukan ulama dan cendekiawan Muslim dari berbagai penjuru dunia, membahas tantangan dan masa depan umat Islam di tengah modernisasi.
Pengalaman K.H. Ahmad Sahal di Kongres Umat Islam tersebut membuka cakrawala pemikiran Trimurti. Mereka menyadari bahwa umat Islam membutuhkan pemimpin yang tidak hanya kokoh dalam ilmu agama, tetapi juga cakap dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Pengaruh pendidikan inilah yang mendorong mereka untuk mendirikan pesantren yang memadukan kedua disiplin ilmu tersebut.
Mereka melihat bahwa pendidikan tradisional saja tidak cukup untuk menjawab tantangan zaman yang semakin kompleks. Begitu pula, pendidikan umum tanpa landasan agama yang kuat dapat kehilangan arah. Oleh karena itu, pengaruh pendidikan dan pengalaman global ini memantapkan tekad mereka untuk menciptakan model pesantren baru.
Visi mereka adalah melahirkan generasi santri yang mampu menyeimbangkan iman dan ilmu, tafaqquh fi al-din dan penguasaan sains. Pondok Modern Darussalam Gontor, dengan sistem kurikulumnya yang inovatif, adalah perwujudan nyata dari gagasan yang terinspirasi oleh pengaruh pendidikan beragam dan Kongres Umat Islam tersebut.
Dengan demikian, pengaruh pendidikan dan Kongres Umat Islam tidak hanya membentuk pemikiran Trimurti, tetapi juga mengubah lanskap pendidikan pesantren di Indonesia. Mereka membuktikan bahwa adaptasi dan inovasi adalah kunci untuk relevansi di tengah arus perubahan zaman, sambil tetap menjaga nilai-nilai luhur Islam.